Sejarah
Cikal bakal dijadikannya Sawahlunto sebagai
kota terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa geolog asal
Belanda ke pedalaman Minangkabau (saat itu dikenal sebagai
Dataran Tinggi Padang), sebagaimana yang ditugaskan oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penelitian pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian dilanjutkan oleh
Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867. Dalam penelitian De Greve, diketahui bahwa terdapat 200 juta ton
batu bara yang terkandung di sekitar aliran
Batang Ombilin, salah satu
sungai yang ada di Sawahlunto.
[4] Sejak penelitian tersebut diumumkan ke
Batavia pada tahun 1870, pemerintah
Hindia Belanda
mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat
memudahkan eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto
juga dijadikan sebagai kota pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal
1 Desember yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892.
[5]
Seiring dengan itu, kota ini mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja
tambang, dan terus berkembang menjadi sebuah kota kecil dengan penduduk
yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang. Sampai tahun 1898,
usaha tambang di Sawahlunto masih mengandalkan narapaidana yang dipaksa
bekerja untuk menambang dan dibayar dengan harga murah. Pada tahun 1889,
pemerintah Hindia Belanda mulai membangun jalur
kereta api menuju
Kota Padang
untuk memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari Kota Sawahlunto.
Jalur kereta api tersebut mencapai Kota Sawahlunto pada tahun 1894,
sehingga sejak angkutan kereta api mulai dioperasikan produksi batu bara
di kota ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai ratusan ribu
ton per tahun.
Geografi
Bentang
alam kota Sawahlunto memiliki ketinggian yang sangat bervariasi, yaitu
antara 250 meter sampai 650 meter di atas permukaan laut. Bagian utara
kota ini memiliki
topografi yang relatif datar meski berada pada sebuah
lembah, terutama daerah yang dilalui oleh Batang Lunto, di mana di sekitar
sungai inilah dibentuknya pemukiman dan fasilitas-fasilitas umum yang didirikan sejak masa pemerintahan
Hindia Belanda. Sementara itu bagian
timur dan
selatan kota ini relatif curam dengan kemiringan lebih dari 40%.
Kota Sawahlunto terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari
Bukit Barisan
dan memiliki luas 273,45 km². Dari luas tersebut, lebih dari 26,5% atau
sekitar 72,47 km² merupakan kawasan perbukitan yang ditutupi hutan
lindung. Penggunaan tanah yang dominan di kota ini adalah perkebunan
sekitar 34%, dan
danau yang terbentuk dari bekas galian tambang
batu bara sekitar 0,2%.
Seperti daerah lainnya di
Sumatera Barat, kota Sawahlunto mempunyai
iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 22,5 °C dan maksimum 27,5 °C. Sepanjang tahun terdapat dua musim, yaitu musim hujan dari bulan
November sampai
Juni dan
musim kemarau dari bulan
Juli sampai
Oktober. Tingkat curah hujan kota Sawahlunto mencapai rata-rata 1.071,6 mm per tahun dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember
Nah..
kalau udah baca bagian Sejarah dan Geografisnya, bisa dilihat bagian
tempat wisata Sawahlunto yang pastinya akan membuat anda ingat sampai
kapanpun. dan pastinya akan tertinggal dihati kalian..
Kota
Sawahlunto adalah Kota yang kaya beragam suku yang ada di Indonesia.
suku Minangkabau, Jawa, Batak, Tiong hoa dll. Disawahlunto ini terdapat
banyak bangunan-bangunan bersejarah peninggalan penjajahan Belanda.
Seperti Gedung Ombilin, Gedung Pusat Kebudayaan, Gereja Santa Barbara,
Hotel Ombilin, Silo & Sizing Plant, Lubang Mbah Soero, Lubang Kalam,
Gudang Ransum masih ada yang lainnya..Cekidot.. Langsung saja ke TKP.
Tempat Wisata di Sawahlunto
1.
Danau Kandi »
Tempat
Wisata di Sawahlunto yang ada di Desa Salak, Kecamatan Talawi, tepian
kota yang kami datangi terlebih dahulu beberapa saat sebelum memasuki
Kota Sawahlunto.
2.
Batu Sandaran »
Kelurahan
Balai, di lingkar luar Selatan Kota Sawahlunto, berasal dari legenda
digunakannya jajaran batu itu sebagai sandaran ketika sesepuh adat
bermusyawarah.
3.
Dendeng Batokok Muara Kalaban »
Lokasinya berada di Jalan Lintas Sumatera, Muara Kalaban, Kecamatan Silungkang.
4.
Gedung Koperasi Ombilin »
Gedung
peninggalan Belanda ini dijadikan atau dimanfaatkan menjadi Koperasi
karyawan PTBA Ombilin Lokasinya berada di samping Hotel Ombilin, di
sudut Jl. Yos Sudarso.
5.
Gedung Pegadaian »
Jalan Ahmad Yani, pusat kota yang merupakan salah satu bangunan tua di kota Sawahlunto ini.
6.
Gedung PTBA »
Gedung
ini peningggalan Belanda yang dahulunya sebagai kantor Kolonial, dan
saat ini dijaikan kantor untuk PTBA Ombilin sub PT. Bukit Asam, Kantor
yang beroperasi sebagai tambang batubara yang ada di Sawahlunto
Wisata
Sawahlunto di Jalan Abdurahman Hakim, pusat kota, berupa bangunan tua
di kota tambang yang batubaranya makin sulit ditambang ini.
7.
Gedung Pusat Kebudayaan »
Gedung
peninggalan belanda ini dibangun pada tahun 1910 dengan nama "Gluk
Auf". Gdung ini digunakan Pada zaman pemerintahan Belanda sebagai tempat
para pejabat Pemerintahan Kolonial menghibur diri. Setelah dilakukan
revetalisasi pada tanggal 1 Desember 2006 bertepatan dengan ulang tahun
Kota Sawahlunto ke 118, Gedung ini dijadikan sebagai Gedung Pusat
Kebudayaan Kota Sawahlunto. Lokasi gedung ini Jl. A. Yani yang merupakan
salah satu gedung-gedung tua peninggalan jaman kolonial.
8.
Gelanggang Pacuan Kuda »
Seluas
39,69 Ha ini memiliki trek pacuan sepanjang 1.400 m dengan lebar 20 m,
dilengkapi jalan kuda, kandang kuda berkapasitas 200 ekor, dll.
9.
Gereja Katolik Santa Barbara »
Bangunan tua
Gereja Katolik Santa Barbara Sawahlunto
yang dibangun pada tahun 1920-an ini masih tampak cukup anggun, dengan
halaman yang asri. Bangunan di samping kanan Gereja Katolik Santa
Barbara adalah Gedung Koperasi Ombilin Kota Sawahlunto yang juga
dibangun pada era yang sama.
Jl Yos Sudarso, yang bentuk bangunannya menarik perhatian saya ketika lewat di depannya.
10.
Kain Tenun Silungkang »
Songket
salah satu hasil karya tangan-tangan terampil pengrajin asli
Silungkang, kota Sawahlunto, Sumatera Barat yang memiliki corak dan
motif yang bervariasi dan unik.
Tenunan Silungkang mempunyai kelebihan pada motif. Keistimewaan lain
terdapat pada ragamnya. Ada songket ikat, songket batabua, penuh, benang
dua, dan songket selendang lebar.
Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang
lusi atau lungsin. Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu.
Sedangkan, hiasannya (songketnya) menggunakan benang makao atau benang
pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebut pak. Benang lusi dan
makao itu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan
seratnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan ragam hias kain songket
terlihat menonjol dan dapat segera terlihat karena berbeda dengan tenun
latarnya.Jalan Lintas Sumatera, Silungkang, yang terkenal di Sumatera Barat.
11.
Kincir Air Talawi »
Tempat
Wisata di Sawahlunto yang berada di talawi berupa kincir air
tradisional, yang kami jumpai dalam perjalanan menuju Sawahlunto.
12.
Kantor Polisi »
Pusat
kota yang merupakan bangunan tua di kota tambang ini, dibangun kolonial
pada 1920. yang saat ini dimanfaatkan sebagai Polsek Sawahlunto
13.
Kereta Api Wisata »
Kereta
Api Wisata ini menggunakan Lokomotif Tua, yang digunakan pada masa
Pemerintahan Kolonial belanda untuk mengangkut Batubara. Lokomotif tua
yang disebut masyarakat setempat "Mak Itam" lokomotif yang berwarna
hitam legam ini menjadi Maskot utama di museum kereta api Kota
Sawahlunto.
Beroperasi
setiap akhir pekan dari Museum Kereta Api, untuk menikmati pemandangan,
menembus Lubang Kalam (sepanjang 835 m) menuju Stasiun Muaro Kalaban.
14.
Lubang Kalam »
Berupa terowongan jalan kereta api yang menembus kaki bukit, dikerjakan oleh orang rantai.
15.
Lubang Tambang Mbah Soero »
Kalau
Anda berkunjung ke Sawahlunto, jangan lewatkan wisata yang satu ini,
ini adalah wisata yang sangat memacu adrenalin bagi yang suka dengan
mistis.. OOppsss.. tapi bukan berarti tempat ini nyeremin dan buat kita
terkencing-kencing..coba deh, dan kalian akan takjub dengan apa yang
kalian liat. Lobang ini tidak kalah dari Lobang Jepang.
Lubang Suro disebut-sebut mirip dengan Goa Jepang di Bukittinggi,
tampaknya tidak tepat. Sebab Lubang Suro dibangun jauh lebih awal oleh
Belanda sementara Goa Jepang dibangun oleh Jepang di sekitar tahun
1930-an. Lubang Suro juga lebih unik karena berada di bawah kota
Sawahlunto dan mengular hingga sekitar 1,5 km.
Mbah Suro dikenal
sebagai mandor orang rantai dan masyarakat, beliau juga dikenal memiliki
ilmu kebathinan yang tinggi. Ia jadi panutan warga. Mbah Suro ini
memiliki lima anak dengan 13 cucu. Istrinya adalah seorang dukun
beranak. Mbah Suro meninggal sebelum tahun 1930 dan dimakamkan di
pemakaman orang rantai, Tanjung Sari, Kota Sawahlunto.
Merupakan salah satu tempat wisata yang paling mengesankan di Sawahlunto.
16.
Makam Prof.MR.H Muhammad Yamin »
Wisata Sawahlunto untuk ziarah di Talawi, di daerah dimana pahlawan nasional Muhammad Yamin dilahirkan.
17.
Masjid Agung Nurul Islam »
Pusat kota yang pagi-pagi sebelum sarapan kami kunjungi dengan berjalan kaki.
18.
Museum Gudang Ransum »
Museum Gudang Ransum ini adalah dapur umum untuk memasak makanan untuk semua pekerja tambang batubara "manusia rantai".
Pusat kota yang diresmikan 17 Desember 2005, menempati sebuah bangunan bekas dapur umum.
19.
Museum Kereta Api »
Di pusat kota yang menyimpan lokomotif kuno dan dokumentasi sejarah perkeretaapian.
20.
Rumah Pek Sin Kek »
Rumah Pek Sin Kek dibangun pada 1906, dan pernah digunakan sebagai
Gedung Teater, Tempat Perhimpunan Masyarakat Melayu, dan sebagai Pabrik
Es. Saat papan itu dibuat, Rumah Pek Sin Kek digunakan sebagai Toko
Suvenir.
Di pusat kota yang merupakan bangunan tua di Sawahlunto dan dipugar pada 2005 – 2006.
21.
Rumah Potong »
Rumah Potong Sawahlunto merupakan salah satu bangunan
tua yang merupakan bagian dari Dapur Umum Sawahlunto. Namun jika
bangunan utama dapur umum sekarang telah berubah fungsinya menjadi
Museum Gudang Ransum, maka rumah potong ini masih tetap berfungsi sebagaimana sebelumnya.
Tempat
Wisata di Sawahlunto berupa bangunan dari jaman kolonial yang berada di
samping Museum Gudang Ransum, merupakan bagian dari Dapur Umum
Sawahlunto.
22.
Rumah Walikota »
Berupa
sebuah gedung tua yang dibangun pada tahun 1920 oleh Belanda sebagai
Rumah Asisten Residen. dan saat ini digunakan sebagai rumah Walikota
Sawahlunto
23.
Sekolah Santa Lucia »
Berupa
gedung tua peninggalan kolonial yang saya kunjungi melalui samping
Gereja Santa Barbara. Saat ini menjadi Sekolah Swasta 1 atap TK - SD.
24.
Silo dan Sizing Plant »
Pinggiran
kota berupa tiga buah Silo berukuran raksasa yang letaknya berdekatan.
Silo ini adalah bangunan yang tinggi menjulang untuk mentransfer atau
pengantar batubara menuju sizing plant dan langsung ke gerbong kreta api
25.
Hotel Ombilin »
Hotel Ombilin juga merupakan salah satu bangunan heritage peninggalan
Belanda yang dahulu digunakan sebagai penginapan bagi para tamu Belanda.
Ditempat
ini sepasang kekasih bisa meautkan gembok cinta mereka dengan
menuliskan nama pada gembok dan menautkannya pada kurungan besi ini
sebagai tanda cinta atau kesetiaan seperti gembok yang tertaut pada
kurungan besi itu..datanglah ketempat ini dengan pasangan anda.. dan
tautkan gembok cinta anda disitu.. semoga ikatan cinta kalian bisa abadi
seperti ikatan gembok cintanya.
30. Puncak Polland
Puncak
Polland adalah puncak yang terlihat jelas dari pusat kota. Seperti
Amerika yang ada bukit bertulisan Hollywood. kalau di Sawahlunto ada
puncak Pollan dengan tulisan Sawahlunto. Di puncak ini anda sekalian
bisa menikmati rindangnya pohon pinus dan Keindahan Kota Sawahlunto dari
ketinggian. dan bagi yang suka memacu Adrenalin tempat ini juga bisa
digunakan untuk paralayang
31.
Untuk sampai ke air terjun yang termasuk dalam kawasan wisata Musiduga
(Muaro, Silokek dan Durian Gadang), harus melalui Muaro Sijunjung, yaitu
Ibukota kabupaten Sijunjung. Setelahnya harus melewati Silokek, karena
jalur tersebut adalah akses satu-satunya menuju air terjun Pelukahan.
Obyek wisata yang bisa dinikmati di Silokek, dan cukup terkenal adalah
Pasir Putih. Mempunyai alam cukup elok, yaitu perpaduan ngarai-ngarai
eksotis dengan pasir putih yang terhampar di pinggir sungai. Jika telah
puas menikmati pemandangan di Silokek, perjalanan diteruskan lebih
kurang 3 km menuju ke nagarian Durian Gadang. Namun alangkah baiknya
jika selalu bertanya sebab tidak ada penunjuk sama sekali arah lokasi
air terjun ini. Perlu diketahui air terjun Pelukahan terletak di atas
bukit dan tidak terlihat dari jalan utama. Untuk mencapai air terjun,
kita mesti berjalan kaki melewati hutan. Sesekali akan kita jumpai
aliran air jernih yang datangnya dari arah puncak air terjun. Jarak Air
terjun dari jalan utama lebih kurang 500 m. Walaupun demikian jalanan
setapak yang dilalui menuju air terjun ini cukup bagus, sehingga
perjalanan terasa menyenangkan sambil menikmati hutan-hutan di
sekelilingnya.